Mandala Dulu dan Kini


PT Mandala Airlines didirikan pada 17 April 1969 oleh Kolonel Sofkar, Mayjen Raden Soerjo, Adil Aljol, Mayor (AU) Soegandi Partosoegonodo, Kasbi Indradjanoe, dan Darwin Ramli, dengan melalui perusahaan PT Dharma Kencana Sakti. Mandala Airlines mengawali sejarahnya menerbangi seluruh penjuru Nusantara pada tahun 1967, ketika Indonesia mulai membangun kembali ekonomi yang porak-poranda akibat berbagai masalah politik dan ekonomi pada dekade 60-an. PT Dharma Kencana Sakti pada gilirannya menjadi bagian dari unit komersial Yayasan Dharma Putra Kostrad, sebuah yayasan yang berafiliasi dengan Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) kala itu. Sejak saat itu, Mandala Airlines telah tumbuh menjadi salah satu maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia. Rute penerbangan Mandala mampu menjangkau lebih dari 20 kota besar Indonesia dengan dukungan armada 12 pesawat Boeing 737-200 dan 2 pesawat Boeing 737-400.

Pada pertengahan 2006, masuknya Cardig International (Cargo Dirgantara) menjadi pemilik Mandala Airlines membawa perubahan berarti dengan pengoperasian Airbus A320 untuk meremajakan armada pesawat. Dengan menggandeng Indigo Partner, sumber daya manusia yang berkualitas dan manajemen baru, Mandala Airlines yang pada tahun 2002 memperoleh predikat The Most Potential Brand in Airlines Service dari INDONESIA BEST BRAND AWARD.
Pembelian Mandala oleh Cardig International dan Indigo Partners didasarkan pada pertimbangan bahwa potensi yang bisa diraih terkait dengan peluang pertumbuhan bisnis penerbangan di dunia ketiga, setelah China dan India. Dengan pasar domestik yang lebih besar dari India, investasi melalui Mandala, memberi peluang bagi Mandala untuk memanfaatkan jaringan rute penerbangan yang luas dengan brand nasional yang kuat serta memungkinkan menjadikan Mandala sebagai maskapai penerbangan modern yang menawarkan keamanan, dapat diandalkan, dengan harga terjangkau. Pada 2007, Mandala telah memesan 30 pesawat airbus baru senilai 1,8 miliar dolar AS, Mandala dikelola jajaran manajemen berpengalaman internasional di bawah pimpinan mantan pejabat senior Ryanair, Warwick Brady. Mandala juga telah menghentikan penggunaan semua pesawat jenis B737-200 dan menjalin kerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company untuk perawatan pesawat. Mandala kini menawarkan jaringan pelayanan yang luas untuk 20 tujuan penerbangan, dengan menggunakan pesawat yang aman dan armada Airbus A320, A319 dan armada modern Boeing 737-400 dengan ketepatan jadwal, kebersihan pesawat terjaga serta penawaran harga yang sangat terjangkau, Efektif tanggal 16 Januari 2009 Mandala sudah tidak menggunakan pesawat jenis Boeing 737-400 dan untuk seterusnya Mandala hanya menggunakan satu jenis pesawat saja yaitu New Airbus A320/319 dengan total 11 pesawat yang telah dioperasikan hingga saat itu dari rencana total 30 pesawat A320/319 yang akan datang bertahap. Prioritas utama Mandala adalah menjadi maskapai penerbangan dengan standar keselamatan penerbangan internasional. Untuk mencapai itu, Mandala telah menjalani audit guna mendapatkan sertifikasi IOSA dari IATA. Selain itu, Mandala juga telah menjalani audit dari Airbus, Boeing dan sejumlah perusahaan di bidang perminyakan yang telah memberikan persetujuan untuk terbang bersama Mandala. Mandala telah melakukan transformasi bisnis dan mengdeklarasikan bahwa Mandala adalah Penerbangan “Low Cost Carrier” atau penerbangan bertarif rendah. Pada 03 November 2010, Indonesia Travel and Tourism menganugerahkan penghargaan kepada masakapai Mandala sebagai “Low cost carrier” terbaik di indonesia. Mandala juga mendapatkan sertifikasi Safety IQSA disamping Garuda Indonesia.
Melalui Direktur Utama PT Mandala Airlines Nurhadijono Nurjadin, Mandala mengumumkan penghentiaan sementara penerbangannya mulai Kamis, 13 Januari 2011 lalu. Kabar tutupnya Mandala Airlines ini memang cukup mengejutkan mengingat sebelumnya telah mengumumkan berbagai rencana yang cukup mengesankan. Utang Mandala sendiri mencapai lebih dari Rp 2,4 triliun. Bagaimana Mandala yang kukuh dan tegar selama 42 tahun akhirnya harus berhenti beroperasi? Sebuah sumber menyebutkan gagalnya mandala melakukan restrukturisasi hutang hutangnya menjadi penyebab terjadinya “Kesulitan Keuangan”. Mandala mengajukan PKPU kepada pengadilan niaga jakarta pusat, PKPU adalah Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, sehingga Jika Pengadilan Niaga jakarta setuju maka dalam 45 hari setelah pengajuan maka Mandala harus membuat rencana bisnis kedepan utk restrukturisasi perusahaan tsb. Restrukturisasi saat ini diperlukan Mandala utk mengatasi kesulitan kesulitan keuangannya.

Mandala Kini : 
Mandala Airlines kembali beroperasi di bulan April 2012 setelah tahun lalu berhenti terbang pada 13 Januari 2011, akibat kekurangan dana operasional dan menumpuknya utang. Tiger Airways Holding Limited resmi memiliki 33% saham di PT Mandala Airlines Indonesia. Mandala Airlines sendiri, memulai layanannya pada 5 April dengan penerbangan perdana dari Jakarta ke Medan. Penerbangan internasional dari Singapura ke Medan dimulai pada 20 April, dan penerbangan Jakarta ke Kuala Lumpur dimulai pada 4 Mei. Tiger berpartner dengan Saratoga. Investasi Tiger Airways dalam Mandala dikelola melalui anak perusahaan Tiger Airways Singapura, Roar Aviation Pte. Ltd. Grup Saratoga memiliki saham sebesar 51,3%. Sisanya 15,7% saham masih dimiliki pemilik saham sebelumnya serta kreditor Mandala. Misi Mandala Airlines adalah mengatasi kebutuhan wisatawan yang mencari penerbangan yang handal dengan dana terbatas. Sejak diluncurkan kembali Mandala Airlines sebagai partner Tiger Airways ingin merespon dengan baik pertumbuhan yang luar biasa dari bisnis airline dan perkembangan budget travel. Seperti halnya Tiger Airways, Mandala Airlines menjaga strategi sederhana yang menghapus sebanyak mungkin biaya yang timbul namun tetap mengedepankan rasa aman, rasa nyaman namum tetap handal. Tujuan utama Mandala Airlines adalah menjadi salah satu armada terbaru yang paling hemat diantara operator berbiaya rendah lainnya. Akibatnya, untuk itu Mandala Airlines harus menetapkan rencana pertumbuhan yang sangat agresif.
Sejalan dengan perkembangan dunia penerbangan sekarang ini, dimana banyak bermunculan maskapai dengan konsep Low Cost carrier (LCC), yaitu model maskapai yang unik dengan strategi penurunan operating cost serendah mungkin. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai melakukan hal-hal diluar kebisaaan maskapai pada umumnya. Dengan melakukan penghematan biaya maka dilakukan eleminasi terhadap layanan maskapai tradisional pada umumnya yaitu dengan pengurangan catering, minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga layanan nampak sederhana dan bisa cepat. Tujuan dari eleminasi tersebut adalah untuk menurunkan harga tiket pesawat, namun tetap mempertahankan profit yang ingin dicapai. Murahnya harga tiket pesawat oleh maskapai LCC mengakibatkan maskapai tradisional yang lain mau tidak mau mesti ikut juga menyediakan tarif promo, walaupun biasanya jumlah kursi untuk tarif promo adalah sangat sedikit, mungkin maksimal hingga mencapai 5% dari keseluruhan jumlah kursi yang dijual. Peraturan Pemerintah yang tidak jelas terutama soal perijinan.
Kondisi persaingan di bisnis penerbangan nasional maupun di wilayah Asia cukup ketat. Di Indonesia saja penerbangan yang masuk kategori full service airlines ada Garuda Indonesia, Merpati Airline dan Pacific Royal (segera keluar) dan di kategori LCC ada Air Asia, Lion Air, Batavia Air, Citilink, Kartika Air, Wing Air, Sriwijaya Air. Di Asia budget airline terbaik adalah AirAsia (Malaysia), Jetstar Asia (Singapura), Nok Air (Thailand), Tiger Airways (Singapura), Cebu Pacific (Filipina), Virgin Blue (Australia), Air Deccan (India), SpiceJet (India), Viva Macau (Macau), Hong Kong Express (Hongkong).
Jika Mandala Airlines berada di kategori Low Cost Carrier seperti saudara barunya Tiger Airways berarti menempatkan Mandala Airlines di daerah Red Ocean – dimana persaingan begitu ketat – kenapa Mandala Airlines tidak keluar dari kerumunan menuju daerah yang masih biru atau Blue Ocean ? Sekarang pertanyaannya apa yang ditawarkan oleh manajemen baru Mandala Airlines ? Aman, Nyaman dan Tepat Waktu ?
Aman ? Apakah Mandala mampu memperkecil angka kecelakaan pesawat dengan merekrut pilot yang berdedikasi pada pekerjaan ? Apakah Mandala Airlines akan membiarkan pilotnya tidak mengkonsumsi narkoba seperti pilot Lion Air ? Seperti diketahui berita di Tribunnews.com 5/3/2012 yang menyebutkan pilot Hanum Adhyaksa yang ditangkap Tim BNN  saat sedang pesta narkoba di Studio Karaoke 33 Grand Clarion Makassar (10/1/2012) – “Pilot Lion Air Menyesal Pakai Shabu” dan berita di RakyatMerdekaOnline.com 8/2/2012 bahwa pilot Saiful Salam ditangkap Tim BNN di Surabaya sebelum dua jam akan menerbangkan pesawat ke Makassar (4/2/2012) – “Untuk Dapat Sertifikat, Pilot Cuma JalaniTes 30 Menit”. Adalah pekerjaan rumah besar bagi Mandala Airlines untuk membangun kembali kepercayaan dan kecintaan masyarakat Indinesia pada Mandala Airlines.
Nyaman ? Bagaimana Mandala Airlines menerapkan rasa nyaman bagi para penumpangnya jika semua penerbangan LCC sama saja dimana makanan apa saja harus bayar ? Apakah kursi pesawat yang lebih lapang dari pesawat Lion Air ? Ada TV di setiap kursinya ? Atau ada selimut tambahan untuk penerbangan jauh ? Apa yang menjadi pembeda Mandala Airlines disbanding para kompetitornya ?
Tepat Waktu ? Dengan kondisi umumnya Bandara di Indonesia yang hanya memiliki 1 landasan pacu sedangkan tingkat penerbangan yang padat melebih kapasitas terutama di Bandara-bandara besar. Ada 10 bandara yang dianggap melebihi kapasitas yaitu Polonia (Medan), Minangkabau (Padang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), Soekarno-Hatta (Jakarta), Supadio (Pontianak), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), dan Raja Haji Fisabililah (Tanjung Pinang). Dengan kondisi itu apakah Mandala Airlines akan mampu menerapkan tepat waktu ? Ataukah akan seperti Lion Air si ‘Raja Delay’ ? Bagaimana Mandala Airlines ‘menghukum dirinya’ jika terpaksa harus mengundurkan penerbangannya ?
Hal yang harus diingat oleh manajemen barunya Mandala Airlines, perjalanan sejarah Mandala Airlines selama 45 tahun di Indonesia sehingga menciptakan loyalitas dan kecintaan masyarakat Indonesia adalah warisan yang tidak terhingga dan harus dijadikan modal berharga untuk mulai berkomunikasi. Saya percaya ‘kekesalan’ pelanggan Mandala yang terlanjur membeli tiket Mandala tapi tidak dipakai karena keburu bangkrut akan berangsur-angsur hilang seiring dengan niat baik Mandala Airlines mengganti dengan tiket baru.
Jadikan Mandala sebagai warisan berharga Indonesia adalah sahabat di udara karena Mandala Airlines menawarkan rasa aman dan nyaman layaknya seorang sahabat.